Bahasa
Inggris dari kata "peluru" yaitu kata "bullet" berasal dari kata
"boulette" dalam Bahasa Prancis yang berarti "bola kecil". Sejarah
peluru jauh lebih dahulu dibanding dengan sejarah senjata api. Awalnya,
peluru merupakan bola logam atau bola batu yang ditembakkan dengan
menggunakan ketapel sebagai senjata dan sebagai alat untuk berburu.
Setelah senjata api ditemukan, peluru ditembakkan dengan menggunakan
bahan peledak seperti bubuk mesiu.
Sejarah Perkembangan Peluru
Dibandingkan
dengan perkembangan teknologi senjata api yang lebih maju, pada kurun
waktu antara tahun 1500 sampai 1800, teknologi peluru berkembang dengan
sangat lambat. Peluru masih berbentuk bulat sederhana (bola) dan terbuat
dari timah, dan hanya berbeda dalam diameternya saja.
Peluru
pada awalnya merupakan bola timah yang berukuran lebih kecil dari
lubang laras senapan. Peluru kemudian dibungkus dalam kertas tambalan
sehingga peluru tetap berada di depan bubuk mesiu. Karena jika peluru
tidak berada di depan bubuk mesiu maka akan berisiko menyebabkan laras
senapan meledak. Peluru tidak dibuat lebih pas dengan lubang laras
senapan karena menyebabkan peluru lebih sulit untuk diisikan, terutama
setelah lubang laras dipakai untuk menembak sebelumnya. Dan karena
alasan ini, senapan awalnya tidak digunakan untuk tujuan militer.
Peluru "kerucut" pertama dirancang oleh Kapten John Norton dari Angkatan DaratInggris pada tahun 1823. Peluru Norton memiliki cekungan pada dasarnya sehingga ketika ditembakkan dasar peluru akan menjadi lebih luas karena pengaruh tekanan agar peluru lebih stabil ketika melesat di dalam laras senjata. Dewan Ordnance Inggris menolak rancangan peluru tersebut karena mereka lebih percaya dengan peluru berbentuk bola yang telah digunakan selama 300 tahun.
Peluru "kerucut" pertama dirancang oleh Kapten John Norton dari Angkatan DaratInggris pada tahun 1823. Peluru Norton memiliki cekungan pada dasarnya sehingga ketika ditembakkan dasar peluru akan menjadi lebih luas karena pengaruh tekanan agar peluru lebih stabil ketika melesat di dalam laras senjata. Dewan Ordnance Inggris menolak rancangan peluru tersebut karena mereka lebih percaya dengan peluru berbentuk bola yang telah digunakan selama 300 tahun.
Seorang
pembuat senjata api berkebangsaan Inggris yang bernama William Greener
menemukan peluru Greener pada tahun 1836. Peluru buatannya sangat mirip
dengan peluru buatan Norton kecuali bahwa cekungan pada dasar pelurunya
dilengkapi dengan sebuah sumbat kayu sehingga dapat memaksa dasar peluru
untuk melebar dan peluru pun dapat meluncur dengan baik di dalam laras
senjata dan ditembakkan dengan lebih akurat. Pengujian membuktikan bahwa
peluru Greener sangat efektif tetapi peluru rancangannya juga ditolak
untuk penggunaan militer karena dinilai terlalu rumit untuk dibuat.
Bola
timah lunak yang disebut "Minié Ball" diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1847 oleh Claude Étienne Minié, Seorang kapten di Angkatan Darat
Perancis. Minié Ball buatannya ini sangat mirip dengan peluru Greener.
Peluru tersebut berbentuk kerucut dengan cekungan di bagian dasarnya,
dan dilengkapi dengan sumbat besi kecil. Ketika ditembakkan, sumbat besi
akan mendorong rongga cekungan di bagian dasar peluru, sehingga
memperbesar sisi peluru yang menyebabkan peluru meluncur dengan baik di
dalam laras senjata.
Pada
tahun 1855, Inggris menggunakan Minié Ball untuk senapan Lee
Enfield mereka. Minié Ball pertama kali digunakan secara luas dalam
Perang Saudara di Amerika Serikat. Sekitar 90% dari korban medan
pertempuran dalam perang ini disebabkan oleh Minié Ball yang ditembakkan
dari senapan.
Antara
tahun 1854 dan 1857, Sir Joseph Whitworth melakukan serangkaian
percobaan panjang dengan menggunakan senapan dan menemukan bahwa sebuah
peluru akan lebih efektif jika dibuat dalam bentuk yang lebih kecil dan
memanjang. Peluru Whitworth dibuat agar sesuai dengan alur dari senapan
mekanis. Senapan Whitworth tidak pernah diadopsi oleh pemerintah,
meskipun digunakan secara luas untuk tujuan perlombaan menembak antara
tahun 1857 dan 1866.
Sekitar
tahun 1862, W.E. Metford melakukan serangkaian percobaan lengkap pada
peluru dan senapan, dan menemukan sistem penting senapan ringan dengan
ditambahkan spiral pada laras senapannya, dan peluru yang lebih keras.
Senapan dan peluru buatannya ini akhirnya diadopsi untuk dipakai oleh
tentara Inggris.
Perubahan
penting berikutnya dalam sejarah peluru terjadi pada tahun 1882, ketika
Mayor Eduard Rubin, direktur di Laboratorium Swiss Army di Thun,
menemukan peluru terselubung tembaga. Permukaan timah pada peluru yang
ditembakkan dapat meleleh karena suhu panas dan gesekan dengan laras
senapan. Karena tembaga memiliki titik lebur yang lebih tinggi, dan
lebih keras, peluru terselubung tembaga dapat ditembakkan dengan
kecepatan yang lebih tinggi.
Kemajuan
Eropa dalam ilmu aerodinamika mengilhami pembuatan peluru Spitzer. Pada
awal abad ke-20, sebagian besar tentara dunia mulai berpindah memakai
peluru Spitzer. Peluru ini dapat ditembakkan untuk jarak yang lebih
jauh, lebih akurat dan lebih bertenaga.
Kemajuan
terakhir dalam bentuk peluru adalah "ekor perahu", basis efisien untuk
peluru Spitzer. Desain ekor perahu akan mengurangi gesekan dengan udara
dengan cara mengalirkan udara sepanjang permukaan peluru. Kombinasi
pertama peluru Spitzer dengan peluru perahu-ekor dilakukan oleh seorang
letnan kolonel Desaleux yang bernama Balle "D". Peluru ini diperkenalkan
sebagai amunisi militer standar pada tahun 1901, untuk senapan Lebel
Perancis 1886.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar